PENOMENA VICKYNISASI
“KONTROFERSI”
Oleh:
SYAHRONI
HARISKA PRATAMA
AHMAD SUNAIDI
LEO GUSTOMI
RAMANDHA
HARI PUTRAMA
ANDI SUWANDI
RIAN MAULANA
NURUL AZMI
RICO AFRIANSYAH
MURJAAN FIRMANSYAH
Dosen Pembimbing:
Iksander, S. Sos.
1.
PENDAHULUAN
Dimasa ini
dikatakan media lebih banyak mempengaruhi manusia dalam berperilaku. Namun
setelah itu manusia dominan untuk menggunakan media sebagai bagian hegemoni
kekuasaan, popularitas, pencitraan dan lain sebagainya. Jadi sejatinya bahwa
media sebenarnya dari jaman dahulu bersifat netral tidak memiliki kemampuan
menggerakan dirinya selain ada orang yang menggerakannya (behind the scene). Bentuk
perilaku yang dianggap baru, bagi sebagian masyarakat lantas diikuti cara atau
polanya dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari. Dan merupakan perulangan
dari perilaku yang sebenarnya telah terjadi dimasa lalu Cuma masyarakat yang
tidak jeli menilai bahwa ini adalah yang dianggap penemuan, trend, up todate,
disinilah kehebatan media mampu mengemas suatu pesan informasi lawas
menjadi bentuk yang baru. Era tahun 80 sampai 90an tarian break dance hampir
menjadi demam bagi istilah kalangan kawula muda saa itu, potongan rambut tommy
page, demi moore keduanya artis terkenal dari Amerika Serikat seakan jadi acuan
mode yang harus diikuti dijamannya masih banyak contoh pengaruh media terhadap
pemirsa yang menjadikan perubahan perilaku.
Dijaman on line
sekarang perubahan dan pergantian terhadap informasi. pesan, isu dan style
begitu cepat terjadi, sehingga mampu menggantikan posisi gaya yang sedang
digandrungi orang, gangnam style tergantikan oleh tarian harlem shake, dan
muncul kemudian goyang keep smile semua itu merupakan bukti bahwa media
meruapakan komponen dari bagian manusia yang terus bergerak sesuai dengan
waktu, plus dengan aksesbilitas media yang mampu masuk ketengah kehidupan
manusia kapan dan dimanapun berada.
Kalau sebelumnya muncul bahasa alay
(menuliskan besar kecil, campur huruf dan angka sehingga membuat
mengkerut-kerut kening dan kacau bagi yang membaca). Atau dengan kosa kata
anak-anak ABG, yang katanya bahasa gaul dengan miapah, enelan, ciyus, dan sebagainya dan seterusnya. Pun sekarang
semakin komplit dengan kosa kata baru ala Vicky (yang mungkin bisa dibilang
bahasa modifikasi Vicky) atau banyak orang menyebutnya dengan istilah baru Vickybulary ataupun vickynisasi.
Fenomena itu bermula dari tayangan cuplikan wawancara
Hendriyanto alias Vicky Prasetyo, mantan tunangan penyanyi dangdut Zaskia
Gothic, yang diunggah ke situs Youtube. Petikan wawancara itu diambil dalam
konferensi pers seusai Vicky melamar Zaskia di sebuah hotel mewah di Jakarta.
Dalam wawancara itu, Vicky menggunakan istilah kebahasaan yang tidak lazim.
Misalnya saja, labil ekonomi, konspirasi kemakmuran, serta
mempertakut. Belum lagi sejumlah kosakata asing yang kemudian digunakan tidak
pada tempatnya. Semisal twenty nine my age, basically, serta engineering. Semua
kosakata itu terlontar dengan fasih dari mulut Vicky. Dengan ekspresi penuh
percaya diri Vicky mengucap kata-kata ibarat kaum intelektual. Padahal, entah
mengerti atau tidak Vicky dengan apa yang diucapkannya.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut, ”Tetap
di usiaku saat ini, ya twenty nine my age ya. Tapi aku tetap masih merindukan
apresiasi karena basically ya aku seneng musik walaupun kontroversi hati aku
lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih. Dengan lugas
dan lancar Vicky mengucap kata-kata itu di hadapan wartawan hingga kemudian
tayangan itu diunduh dalam Youtubedan dilihat jutaan orang. Kata-kata yang
terkesan lucu nitu kini akhirnya mewabah. Masyarakat kemudian menjadikan
kosakata Vicky sebagai ajang guyonan hingga muncul fenomena Vickynisasi. Namun,
siapa sangka akibat gaya bicaranya itu, kini Vicky banyak di-bully di Twitter
atau Facebook.
2. PEMBAHASAN
Kasus terbaru
Vicky atau mungkin lebih tepat “vickynisasi” karena lebih terkenal dengan
penambahan kata sasi dan kalimat-kalimat janggal dalam percakapannya, sekarang
menjadi bahan guyonan yang bagi sebagian orang merusak tatanan berbahasa
indoensia yang baku tetapi sebagian orang gaya bahasa Vicky sebagai bahasa
bumbu untuk menghilangkan kekakuan dan melumerkan suasana. Namun yang dilihat
dalam kasus Vicky adalah bukan perilaku berbahasanya tetapi dampak perilaku
tersebut yang diikuti oleh mayarakat sekali lagi ini adalah pengaruh dari media
kepada publiknya. Perilaku Vicky sebenarnya tanpa disadari oleh kita, telah ada
disekitar cuma karena kemampuan media mem blowe up berita sehingga kejadian dan
perilakunya dengan cirri khas kalimat akhirnya menjadi terkenal.
Perilaku
vickynisasi dari sisi berbahasa dan kondite pribadinya jika boleh
dikatakan merupakan cerminan masyarakat kita, yang terkadang gamang
ketika sedang atau pun tidak berhadapan dengan media, setiap orang berusaha
untuk lebih memberikan pencitraan yang baik, pintar, kaya, berkuasa, adil dan
citra positif, harapannya dengan citra tersebut masyarakat akan
terpersuasi (terbujuk) atas ucapan, gagasan yang dilontarkannya yang terkadang
ucapan dan konsep yang disampaikan itu tidak sesuai dengan realita diri, fakta
dilapangan atau lebih tepat sebagai kebohongan publik. Contoh yang paling
kentara adalah baliho yang tepasang disetiap jalan sekarang adalah bagian dari
vickynisasi atau alih-alih bagian dari ketidakpercayaan diri sehingga harus
mengumbar bahasa serta profile yang berlebihan agar masyarakat terpengaruh atas
penampilan serta gaya bahasanya. Sebuah citra akan mudah sekali dibentuk dan
diciptakan sesuai dengan keinginan seseorang, tergantung dengan motif yang
diinginkannya dan feedback nya nanti, apakah masyarakat akan mengikuti atau malah
menentang. Jadi sebenarnya menurut penulis, bukan citra sesaat yang ditampilan
tetapi proses, track record pemikiran yang bernas-lah seseoranglah yang
menentukan seseoarng itu dianggap mampu dan akseptable menduduki suatu jabatan
publik (legislative).
Penggunaan bahasa asing ‘ala Vicky’ sebenarnya
terjadi di banyak sisi, terutama yang akan disoroti adalah dalam dunia jejaring
sosial. Di Facebook misalnya, penggunaan istilah tfc
(thanks for confirm), frasa thanks God di dalam status,
(feel) boring, atau unmood ,digunakan
secara sporadis tanpa memperhatikan kaidah tata bahasa, penulisan, dan makna
yang tepat. Contoh-contoh kombinasi bahasa asing
a. Tfc yang biasa dikenal sebagai kependekan
dari thanks for confirm juga merupakan terjemahan bebas dari
bahasa Indonesia ‘terimakasih karena sudah mengkonfirmasi’ atau ‘terima kasih
atas konfirmasinya’. Ini tidak tepat, karena yang seharusnya dipahami
adalah thanks for confirming atau thanks for the
confirmation. Sebuah verba dalam bahasa inggris harus
ditambahkan dengan suffix (imbuhan) –ing (gerund)
bila didahului dengan preposition (kata depan) seperti at, in, on, for, to,
atau kata-kata seperti before, after, beside,
dan sebagainya.
Misalnya saja kalimat ‘I am good at making people happy’ (saya
pintar membuat orang bahagia) adalah tepat karena setelah preposition
at verbanya menjadi gerund. Begitu pula
dengan tfc harusnya menjadi thanks for confirming
karena verba confirm menjadi gerund setelah preposition
for. Kata confirm dapat pula diubah menjadi nomina
dengan suffix –ion menjadi thanks for the
confirmation.
b. Thanks God juga tidak tepat. Kesalahan umum
yang sangat sederhana.
- Thanks
adalah bentuk informal dari thank you yang artinya terimakasih.
- Thank
merupakan verba yang berarti ‘berterimakasih’.
- Thanks
juga merupakan nomina jamak dari thank. Jadi thanks
bisa berarti ‘banyak terimakasih’.
Jadi frasa thanks God adalah terjemahan bebas dari
‘terimakasih Tuhan’ atau ‘alhamdullilah’ atau mengutarakan kelegaan dan rasa
syukur. Pada faktanya, dalam bahasa Inggris tidak dikenal frasa thanks
God, melainkan thank God (tanpa huruf ‘s’). Thank
God adalah tepat karena konsepnya thank God adalah ‘I
thank God’ atau saya berterimaksih kepada Tuhan. Merunut pada
penjelasan thanks pada poin pertama diatas, thanks God
bisa saja benar bila kita berkomunikasi langsung dengan Tuhan: thanks, God
(terimasih ya Tuhan), sama seperti berterimakasih kepada seorang
teman atau kekasih atas hadiah yang ia berikan ‘thanks for the gift’
(terimasih ya atas kadonya). Jadi, ketika seseorang bersyukur
atas apa yang terjadi, atau merasa lega terhadap sebuah situasi, ia harus
mengatakan ‘thank God’ bukannya ‘thanks God’.
c. Kesalahan umum lainnya adalah penggunaan kata boring.
Lagi-lagi secara literal, boring diterjemahkan sebagai bosan.
Padahal boring adalah bentuk adjektiva (kata sifat/adjective)
dalam bahasa Inggris yang merupakan present participle.
Dalam bahasa Inggris, ada dua bentuk adjective,
yaitu present participle dan past participle. Present
participle biasanya adalah sebuah adjektiva yang ditambahkan
dengan akhiran –ing yang menunjukkan ‘sifat’ sesuatu. Misalnya interesting, amazing, relaxing,
dan boring. Benda atau keadaanlah yang dapat dijelaskan dengan
kata-kata ini. Misalnya: ‘the movie is interesting’ (film tersebut
menarik), ‘you are amazing’ (anda luar biasa), atau ‘my life is
boring’ (hidup saya membosankan). Sedangkan bentuk past participle
biasanya sebuah adjektiva ditambahkan –ed, misalnya: interested, amazed, relaxed,
dan bored. Kata-kata ini digunakan untuk menunjukkan ‘perasaan’
atau ‘keadaan’ seseorang. Misalnya ‘I am interested to the movie’
(saya tertarik pada film tersebut), ‘I am amazed by you’ (saya
terpesona oleh anda), atau ‘I am bored with my life’ (saya bosan
dengan hidup saya).
Jadi bila seorang pengguna jejaring sosial meng-update status
‘campuran’ bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ‘Sedang boring
nih’, maknanya akan berbeda, yaitu ‘saya sedang membosankan’ padahal mungkin
yang ia maksudkan adalah ‘saya sedang merasa bosan’ atau ‘sedang bored
nih’ atau dalam bahasa Inggris adalah ‘I am bored’ atau ‘I am
feeling bored’.
Jenis-jeis bahasa
di Indonesia :
1. bahasa gaul
2. bahasa melayau
3. bahasa kampung,
dll.
Manfaat gaya
bahasa Vickynisasi terhadap system komunikasi Indonesia
1.
memperkaya jumlah bahasa di Indonesia
2.
melahirkan tren bahasa baru di Indonesia
3.
adanya keterakaitan pengunaan bahasa asing terhadap bahasa Indonesia
4..
sebagai seni bahasa baru yang tren di masyarakat
Manfaat
gaya bahasa vickynisasi terhadap media
1.
sebagai sumber berita yang banyak
diminati masyarakat
2.
meningkatkan rating media baik media massa maupun cetak
3.
sebagai sumber berita yang baru dan fenomena
Menurut pendapat Gorys Keraf (ahli bahasa ternama
Indonesia), bahasa adalah alat komunikasi berupa simbol bunyi yang dihasilkan
alat ucap manusia yang digunakan dalam masyarakat. Dari pengertian ini bahasa
mencakup 4 hal yaitu sistem lambang bunyi, alat komunikasi, simbol bunyi yang
memiliki arti dan makna, digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi. Sedangkan
fungsi bahasa itu sendiri adalah alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat
komunikasi dan alat untuk mengadakan adaptasi sosial.
1. Fungsi
bahasa yang pertama, bahasa untuk menyatakan ekspresi diri. Bahasa disini
berfungsi untuk menyatakan diri secara terbuka apa yang ada dalam fikiran dan
perasaan kita. Ini bukan tentang mengajarkan membaca pikiran orang. Melainkan
lebih pada mengetahui ketika seseorang berbicara menunjukkan apa yang tengah
dia pikirkan ataupun yang dirasakan. Misalnya saja ketika kita berlibur di
pantai dan menikmati keindahan panoramanya, dan secara otomatis kita berucap:
“hmmm,,,luar biasa, indah nian…..”.
2. Fungsi
bahasa yang kedua sebagai alat komunikasi. Disini bahasa berfungsi untuk
mengutarakan maksud atau pesan dari seorang komunikator (sumber) kepada
komunikan (penerima pesan). Seorang komunikan benar – benar faham dan mengerti
apa yang disampaikan oleh komunikator. Dan ketika sudah faham, maka kerjasama
pun akan terjalin secara lancar. Misalnya bisa kita ambil contoh seorang guru
(komunikator) harus memiliki pesan yang jelas yang ingin disampaikan kepada
murid (komunikan). Selain itu guru juga harus menyesuaikan topik/tema yang
sesuai dengan umur si komunikan, dan akhirnya dampak/efek pada diri komunikan
sesuai dengan yang diinginkan. Intinya kedua belah pihak saling paham dan bisa
terjalin hubungan yang lancar.
Pada konteks bahasa Vicky, bisa dikatakan sebaliknya.
Kalau kita melihat bahasa dari Vicky, mungkin ingin menunjukkan eksistensi
dirinya agar bisa menjadi bagian dari suatu kelompok. Atau bisa juga untuk
mempromosikan bahasa gaul yang baru. Kalau alasannya yang terakhir, yang
terjadi bukan lagi jadi gaul melainkan jatuhnya jadi gowal-gawul (maaf kalau saya menyebutnya demikian). Bisa jadi
bahasa yang digunakan itu merupakan bahasa tingkat tinggi, sehingga karena
tingginya kita dibuat susah untuk mencernanya. Sisi positifnya dari semua itu
kita mendapat hiburan gratis.
3. Fungsi
yang ketiga dari bahasa adalah alat untuk mengadakan adaptasi sosial. Maksudnya
dari interaksi yang terus-menerus bahasa akan memudahkan seseorang untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Sedangkan pengertian bahasa gaul sendiri adalah bahasa
prokem, ragam bahasa Indonesia non standar yang muncul akhir tahun 1980-an.
Kemudian sekarang banyak digunakan sebagai bahasa pergaulan anak-anak remaja.
Bisa dikatakan kita lebih familiar dengan PD (untuk menggantikan percaya diri),
PDKT (untuk menggantikan kata pendekatan), lemot (menggantikan lambat), typo
(untuk menggantikan salah ketik), dan sebagainya.
Sebenarnya penggunaan bahasa gaul ini kalau melihat
sisi positifnya, akan bisa menjalin hubungan kedekatan antara guru dengan murid,
orang tua dengan anak remaja. Hal ini bisa saja terjadi kalau guru atau orang
tua ini mencoba masuk ke dalam dunia mereka tanpa perlu merasa tersinggung,
karena dunia mereka memang seperti itu. Ini bisa saja digunakan hanya sebatas
agar tidak terjadi gap (jurang pemisah), sehingga murid atau anak ini tidak
merasa sungkan dan bisa menjadikan sosok orang tua atau guru sebagai sahabat.
Tentu kita tidak bicara salah dan benar. Dalam konteks "marketing
diri", Vicky bisa jadi berhasil. Paling tidak, dia bisa membuat branding
dirinya sedemikian rupa, sehingga dia memiliki perbedaan dibanding cowok
kebanyakan lainnya. Dia memiliki differensiasi dalam hal memasarkan dirinya.
Dalam konteks marketing, differensiasi ini penting untuk mempengaruhi orang
atau pihak lain sehingga terjadi eye ball -- pemusatan perhatian -- ke dirinya
(Vicky).
Mungkin orang bisa mengolok, tapi dia telah berhasil dalam satu hal.
Setelah mengetahui ciri dan kekhasan yang bisa jadi sengaja dilakukan, maka dia
mencari pasar yang jelas. Bila pasar itu adalah orang-orang berpendidikan, maka
pasti bukan bagian dari sasaran tembaknya. Untuk itu, dia mencari segment yang
jelas: orang yang pendidikannya di bawah rata-rata -- kalau tak bisa dibilang
rendah. Jadi, bila Anda ingin membuka usaha dan menawarkan jasa atau barang,
bisa belajar dari kasus Vicky. Paling tidak, buatlah produk Anda memiliki
differensiasi agar mendapatkan perhatian khusus dibanding produk pihak lain.
Kemudian, setelah Anda memastikan memiliki kekhususan, masih ada pekerjaan rumah
yang lain, yakni pasarnya harus jelas. Kalau Anda menjangkau pasar yang sangat
luas, terlalu berat karena kemajemukannya. Bila Anda bisa menemukan pasar yang
segmented, yang memiliki kekhususan, maka bisa dilakukan untuk melakukan
serangan yang tepat sasaran.
KESIMPULAN
Kasus Vicky
merupakan bagian terkecil dari perilaku masyarakat dan pejabat publik atau
pihak yang tengah bersaing, yang terlalu mudah memberikan statement atau
mungkin bagian dari upaya meningkatkan populartitas dan terlihat berkelas,
padahal dari sisi komunikasi sosial adalah yang diharapkan adalah Rightness
(kebenaran); menyampaikan informasi kebenaran tidak berbelit bukan kebohongan,
Clearness (kejelasan); informasi yang disampaikan atau diberikan jelas mudah
ditangkap oleh masyarakat dari kalangan manapun dari masyarakat kelas tinggi
hingga rendah sekalipun, Support (dukungan) informasi yang diberikan memberikan
dukugan positif untuk erjadinya perubahan dan didukung oleh fakta serta data
yang benar serta valid, terakhir human relations; penyampaian informasi
bersifat menyentuh dan ada hubungan kemanusiaan, ini untuk menggugah rasa
empati dan mendorong orang untuk ikut terlibat membantu dalam kebaikan.
Konsep diatas
diakui masih terlalu sederhana dan mungkin sulit dijalankan tetapi setidaknya
setiap orang harus paham bahwa komunikasi berupa kata, tanda signal, yang
disampaikan ke publik memiliki kekuatan (the power of communication) yang akan
mempengaruhi penilaian publik terhadap apa yang disampaikan. Harus diakui di
Indonesia sudah terlalu banyak “Vicky –Vicky” yang tampil dengan jumawa nya
dimedia mempertontonkan kelemahan dan ketidaksinkronan terhadap kerja dan hasil
yang dicapai. Sebagai warga bangsa yang mencintai Indonesia dengan sepenuh
hati, negeri ini masih mendambakan dan mengharapkan sosok pemimpin yang mampu
membawa perubahan kemajuan dimasyarakat dan itu dimulai dari informasi (pesan)
yang disampaikan sesuai dengan kondisi sebenarya, sesuai dengan kenyataan
dimasyarakat dan sesuai pula dengan internal pribadi. Pribadi yang berani
mengatakan kebenaran dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Agar kita
tidak dalam keadaan labil ekonomi dan mempertakut kondisinya.
Pelajaran ini,
bukan konspirasi kemakmuran tapi bisa membantu labil ekonomi Anda menjadi stabil!
Anda tertarik? Semoga ini tak membuat statusisasi Anda makin mempertakut tapi
makin berani berusaha karena kejelian menangkap pasar segmented (niche market).
Wassalam.