Rabu, 06 November 2013

FENOMENA VICKYNISASI KONTROFERSI

PENOMENA VICKYNISASI
“KONTROFERSI”
logo








Oleh:

SYAHRONI
HARISKA PRATAMA
AHMAD SUNAIDI
LEO GUSTOMI
RAMANDHA
HARI PUTRAMA
ANDI SUWANDI
RIAN MAULANA
NURUL AZMI
RICO AFRIANSYAH
MURJAAN FIRMANSYAH


Dosen Pembimbing: Iksander, S. Sos.

1. PENDAHULUAN
Dimasa ini dikatakan media lebih banyak mempengaruhi manusia dalam berperilaku. Namun setelah itu manusia dominan untuk menggunakan media sebagai bagian hegemoni kekuasaan, popularitas, pencitraan dan lain sebagainya. Jadi sejatinya bahwa media sebenarnya dari jaman dahulu bersifat netral tidak memiliki kemampuan menggerakan dirinya selain ada orang yang menggerakannya (behind the scene). Bentuk perilaku yang dianggap baru, bagi sebagian masyarakat lantas diikuti cara atau polanya dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari. Dan merupakan perulangan dari perilaku yang sebenarnya telah terjadi dimasa lalu Cuma masyarakat yang tidak jeli menilai bahwa ini adalah yang dianggap penemuan, trend, up todate, disinilah kehebatan media mampu mengemas suatu  pesan informasi lawas menjadi bentuk yang baru. Era tahun 80 sampai 90an tarian break dance hampir menjadi demam bagi istilah kalangan kawula muda saa itu, potongan rambut tommy page, demi moore keduanya artis terkenal dari Amerika Serikat seakan jadi acuan mode yang harus diikuti dijamannya masih banyak contoh pengaruh media terhadap pemirsa yang menjadikan perubahan perilaku.
Dijaman on line sekarang perubahan dan pergantian terhadap informasi. pesan, isu dan style begitu cepat terjadi, sehingga mampu menggantikan posisi gaya yang sedang digandrungi orang, gangnam style tergantikan oleh tarian harlem shake, dan muncul kemudian goyang keep smile semua itu merupakan bukti bahwa media meruapakan komponen dari bagian manusia yang terus bergerak sesuai dengan waktu, plus dengan aksesbilitas media yang mampu masuk ketengah kehidupan manusia kapan dan dimanapun berada.
Kalau sebelumnya muncul bahasa alay (menuliskan besar kecil, campur huruf dan angka sehingga membuat mengkerut-kerut kening dan kacau bagi yang membaca). Atau dengan kosa kata anak-anak ABG, yang katanya bahasa gaul dengan miapah, enelan, ciyus, dan sebagainya dan seterusnya. Pun sekarang semakin komplit dengan kosa kata baru ala Vicky (yang mungkin bisa dibilang bahasa modifikasi Vicky) atau banyak orang menyebutnya dengan istilah baru Vickybulary ataupun vickynisasi.
Fenomena itu bermula dari tayangan cuplikan wawancara Hendriyanto alias Vicky Prasetyo, mantan tunangan penyanyi dangdut Zaskia Gothic, yang diunggah ke situs Youtube. Petikan wawancara itu diambil dalam konferensi pers seusai Vicky melamar Zaskia di sebuah hotel mewah di Jakarta. Dalam wawancara itu, Vicky menggunakan istilah kebahasaan yang tidak lazim.
Misalnya saja, labil ekonomi, konspirasi kemakmuran, serta mempertakut. Belum lagi sejumlah kosakata asing yang kemudian digunakan tidak pada tempatnya. Semisal twenty nine my age, basically, serta engineering. Semua kosakata itu terlontar dengan fasih dari mulut Vicky. Dengan ekspresi penuh percaya diri Vicky mengucap kata-kata ibarat kaum intelektual. Padahal, entah mengerti atau tidak Vicky dengan apa yang diucapkannya.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut, ”Tetap di usiaku saat ini, ya twenty nine my age ya. Tapi aku tetap masih merindukan apresiasi karena basically ya aku seneng musik walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih. Dengan lugas dan lancar Vicky mengucap kata-kata itu di hadapan wartawan hingga kemudian tayangan itu diunduh dalam Youtubedan dilihat jutaan orang. Kata-kata yang terkesan lucu nitu kini akhirnya mewabah. Masyarakat kemudian menjadikan kosakata Vicky sebagai ajang guyonan hingga muncul fenomena Vickynisasi. Namun, siapa sangka akibat gaya bicaranya itu, kini Vicky banyak di-bully di Twitter atau Facebook.



2. PEMBAHASAN
Kasus terbaru Vicky atau mungkin lebih tepat “vickynisasi” karena lebih terkenal dengan penambahan kata sasi dan kalimat-kalimat janggal dalam percakapannya, sekarang menjadi bahan guyonan yang bagi sebagian orang merusak tatanan berbahasa indoensia yang baku tetapi sebagian orang gaya bahasa Vicky sebagai bahasa bumbu untuk menghilangkan kekakuan dan melumerkan suasana. Namun yang dilihat dalam kasus Vicky adalah bukan perilaku berbahasanya tetapi dampak perilaku tersebut yang diikuti oleh mayarakat sekali lagi ini adalah pengaruh dari media kepada publiknya. Perilaku Vicky sebenarnya tanpa disadari oleh kita, telah ada disekitar cuma karena kemampuan media mem blowe up berita sehingga kejadian dan perilakunya dengan cirri khas kalimat akhirnya menjadi terkenal.
Perilaku vickynisasi dari sisi berbahasa dan kondite pribadinya jika boleh dikatakan  merupakan cerminan masyarakat kita, yang terkadang gamang ketika sedang atau pun tidak berhadapan dengan media, setiap orang berusaha untuk lebih memberikan pencitraan yang baik, pintar, kaya, berkuasa, adil dan citra positif,  harapannya dengan citra tersebut masyarakat akan terpersuasi (terbujuk) atas ucapan, gagasan yang dilontarkannya yang terkadang ucapan dan konsep yang disampaikan itu tidak sesuai dengan realita diri, fakta dilapangan atau lebih tepat sebagai kebohongan publik. Contoh yang paling kentara adalah baliho yang tepasang disetiap jalan sekarang adalah bagian dari vickynisasi atau alih-alih bagian dari ketidakpercayaan diri sehingga harus mengumbar bahasa serta profile yang berlebihan agar masyarakat terpengaruh atas penampilan serta gaya bahasanya. Sebuah citra akan mudah sekali dibentuk dan diciptakan sesuai dengan keinginan seseorang, tergantung dengan motif yang diinginkannya dan feedback nya nanti, apakah masyarakat akan mengikuti atau malah menentang. Jadi sebenarnya menurut penulis, bukan citra sesaat yang ditampilan tetapi proses, track record pemikiran yang bernas-lah seseoranglah yang menentukan seseoarng itu dianggap mampu dan akseptable menduduki suatu jabatan publik (legislative).
Penggunaan bahasa asing ‘ala Vicky’ sebenarnya terjadi di banyak sisi, terutama yang akan disoroti adalah dalam dunia jejaring sosial. Di Facebook misalnya, penggunaan istilah tfc (thanks for confirm), frasa thanks God di dalam status, (feelboring, atau unmood ,digunakan secara sporadis tanpa memperhatikan kaidah tata bahasa, penulisan, dan makna yang tepat. Contoh-contoh kombinasi bahasa asing
a. Tfc yang biasa dikenal sebagai kependekan dari thanks for confirm juga merupakan terjemahan bebas dari bahasa Indonesia ‘terimakasih karena sudah mengkonfirmasi’ atau ‘terima kasih atas konfirmasinya’. Ini tidak tepat, karena yang seharusnya dipahami adalah thanks for confirming atau thanks for the confirmation. Sebuah verba dalam bahasa inggris harus ditambahkan dengan suffix (imbuhan) –ing (gerund) bila didahului dengan preposition (kata depan) seperti atinonforto, atau kata-kata seperti beforeafterbeside, dan sebagainya.
Misalnya saja kalimat ‘I am good at making people happy’ (saya pintar membuat orang bahagia) adalah tepat karena setelah preposition at verbanya menjadi gerund. Begitu pula dengan tfc harusnya menjadi thanks for confirming karena verba confirm menjadi gerund setelah preposition for. Kata confirm dapat pula diubah menjadi nomina dengan suffix –ion menjadi thanks for the confirmation.
b. Thanks God juga tidak tepat. Kesalahan umum yang sangat sederhana.
-      Thanks adalah bentuk informal dari thank you yang artinya terimakasih.
-      Thank merupakan verba yang berarti ‘berterimakasih’.
-      Thanks juga merupakan nomina jamak dari thank. Jadi thanks bisa berarti ‘banyak terimakasih’.
Jadi frasa thanks God adalah terjemahan bebas dari ‘terimakasih Tuhan’ atau ‘alhamdullilah’ atau mengutarakan kelegaan dan rasa syukur. Pada faktanya, dalam bahasa Inggris tidak dikenal frasa thanks God, melainkan thank God (tanpa huruf ‘s’). Thank God adalah tepat karena konsepnya thank God adalah ‘I thank God’ atau saya berterimaksih kepada Tuhan. Merunut pada penjelasan thanks pada poin pertama diatas, thanks God bisa saja benar bila kita berkomunikasi langsung dengan Tuhan: thanksGod (terimasih ya Tuhan), sama seperti berterimakasih kepada seorang teman atau kekasih atas hadiah yang ia berikan ‘thanks for the gift’ (terimasih ya atas kadonya). Jadi, ketika seseorang bersyukur atas apa yang terjadi, atau merasa lega terhadap sebuah situasi, ia harus mengatakan ‘thank God’ bukannya ‘thanks God’.
c. Kesalahan umum lainnya adalah penggunaan kata boring. Lagi-lagi secara literal, boring diterjemahkan sebagai bosan. Padahal boring adalah bentuk adjektiva (kata sifat/adjective) dalam bahasa Inggris yang merupakan present participle.
Dalam bahasa Inggris, ada dua bentuk adjective, yaitu present participle dan past participlePresent participle biasanya adalah sebuah adjektiva yang ditambahkan dengan akhiran –ing yang menunjukkan ‘sifat’ sesuatu. Misalnya interestingamazingrelaxing, dan boring. Benda atau keadaanlah yang dapat dijelaskan dengan kata-kata ini. Misalnya: ‘the movie is interesting’ (film tersebut menarik), ‘you are amazing’ (anda luar biasa), atau ‘my life is boring’ (hidup saya membosankan). Sedangkan bentuk past participle biasanya sebuah adjektiva ditambahkan –ed, misalnya: interestedamazedrelaxed, dan bored. Kata-kata ini digunakan untuk menunjukkan ‘perasaan’ atau ‘keadaan’ seseorang. Misalnya ‘I am interested to the movie’ (saya tertarik pada film tersebut), ‘I am amazed by you’ (saya terpesona oleh anda), atau ‘I am bored with my life’ (saya bosan dengan hidup saya).
Jadi bila seorang pengguna jejaring sosial meng-update status ‘campuran’ bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ‘Sedang boring nih’, maknanya akan berbeda, yaitu ‘saya sedang membosankan’ padahal mungkin yang ia maksudkan adalah ‘saya sedang merasa bosan’ atau ‘sedang bored nih’ atau dalam bahasa Inggris adalah ‘I am bored’ atau ‘I am feeling bored’.
Jenis-jeis bahasa di Indonesia :
1. bahasa gaul
2. bahasa melayau
3. bahasa kampung, dll.
Manfaat gaya bahasa Vickynisasi terhadap system komunikasi Indonesia
1. memperkaya jumlah bahasa di Indonesia
2. melahirkan tren bahasa baru di Indonesia
3. adanya keterakaitan pengunaan bahasa asing terhadap bahasa Indonesia
4.. sebagai seni bahasa baru yang tren di masyarakat
Manfaat gaya bahasa vickynisasi terhadap media
1. sebagai  sumber berita yang banyak diminati masyarakat
2. meningkatkan rating media baik media massa maupun cetak
3. sebagai sumber berita yang baru dan fenomena
Menurut pendapat Gorys Keraf (ahli bahasa ternama Indonesia), bahasa adalah alat komunikasi berupa simbol bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia yang digunakan dalam masyarakat. Dari pengertian ini bahasa mencakup 4 hal yaitu sistem lambang bunyi, alat komunikasi, simbol bunyi yang memiliki arti dan makna, digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi. Sedangkan fungsi bahasa itu sendiri adalah alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat komunikasi dan alat untuk mengadakan adaptasi sosial.
1. Fungsi bahasa yang pertama, bahasa untuk menyatakan ekspresi diri. Bahasa disini berfungsi untuk menyatakan diri secara terbuka apa yang ada dalam fikiran dan perasaan kita. Ini bukan tentang mengajarkan membaca pikiran orang. Melainkan lebih pada mengetahui ketika seseorang berbicara menunjukkan apa yang tengah dia pikirkan ataupun yang dirasakan. Misalnya saja ketika kita berlibur di pantai dan menikmati keindahan panoramanya, dan secara otomatis kita berucap: “hmmm,,,luar biasa, indah nian…..”.
2. Fungsi bahasa yang kedua sebagai alat komunikasi. Disini bahasa berfungsi untuk mengutarakan maksud atau pesan dari seorang komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima pesan). Seorang komunikan benar – benar faham dan mengerti apa yang disampaikan oleh komunikator. Dan ketika sudah faham, maka kerjasama pun akan terjalin secara lancar. Misalnya bisa kita ambil contoh seorang guru (komunikator) harus memiliki pesan yang jelas yang ingin disampaikan kepada murid (komunikan). Selain itu guru juga harus menyesuaikan topik/tema yang sesuai dengan umur si komunikan, dan akhirnya dampak/efek pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan. Intinya kedua belah pihak saling paham dan bisa terjalin hubungan yang lancar.
Pada konteks bahasa Vicky, bisa dikatakan sebaliknya. Kalau kita melihat bahasa dari Vicky, mungkin ingin menunjukkan eksistensi dirinya agar bisa menjadi bagian dari suatu kelompok. Atau bisa juga untuk mempromosikan bahasa gaul yang baru. Kalau alasannya yang terakhir, yang terjadi bukan lagi jadi gaul melainkan jatuhnya jadi gowal-gawul (maaf kalau saya menyebutnya demikian). Bisa jadi bahasa yang digunakan itu merupakan bahasa tingkat tinggi, sehingga karena tingginya kita dibuat susah untuk mencernanya. Sisi positifnya dari semua itu kita mendapat hiburan gratis.
3. Fungsi yang ketiga dari bahasa adalah alat untuk mengadakan adaptasi sosial. Maksudnya dari interaksi yang terus-menerus bahasa akan memudahkan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Sedangkan pengertian bahasa gaul sendiri adalah bahasa prokem, ragam bahasa Indonesia non standar yang muncul akhir tahun 1980-an. Kemudian sekarang banyak digunakan sebagai bahasa pergaulan anak-anak remaja. Bisa dikatakan kita lebih familiar dengan PD (untuk menggantikan percaya diri), PDKT (untuk menggantikan kata pendekatan), lemot (menggantikan lambat), typo (untuk menggantikan salah ketik), dan sebagainya.
Sebenarnya penggunaan bahasa gaul ini kalau melihat sisi positifnya, akan bisa menjalin hubungan kedekatan antara guru dengan murid, orang tua dengan anak remaja. Hal ini bisa saja terjadi kalau guru atau orang tua ini mencoba masuk ke dalam dunia mereka tanpa perlu merasa tersinggung, karena dunia mereka memang seperti itu. Ini bisa saja digunakan hanya sebatas agar tidak terjadi gap (jurang pemisah), sehingga murid atau anak ini tidak merasa sungkan dan bisa menjadikan sosok orang tua atau guru sebagai sahabat.
Tentu kita tidak bicara salah dan benar. Dalam konteks "marketing diri", Vicky bisa jadi berhasil. Paling tidak, dia bisa membuat branding dirinya sedemikian rupa, sehingga dia memiliki perbedaan dibanding cowok kebanyakan lainnya. Dia memiliki differensiasi dalam hal memasarkan dirinya. Dalam konteks marketing, differensiasi ini penting untuk mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga terjadi eye ball -- pemusatan perhatian -- ke dirinya (Vicky).
Mungkin orang bisa mengolok, tapi dia telah berhasil dalam satu hal. Setelah mengetahui ciri dan kekhasan yang bisa jadi sengaja dilakukan, maka dia mencari pasar yang jelas. Bila pasar itu adalah orang-orang berpendidikan, maka pasti bukan bagian dari sasaran tembaknya. Untuk itu, dia mencari segment yang jelas: orang yang pendidikannya di bawah rata-rata -- kalau tak bisa dibilang rendah. Jadi, bila Anda ingin membuka usaha dan menawarkan jasa atau barang, bisa belajar dari kasus Vicky. Paling tidak, buatlah produk Anda memiliki differensiasi agar mendapatkan perhatian khusus dibanding produk pihak lain. Kemudian, setelah Anda memastikan memiliki kekhususan, masih ada pekerjaan rumah yang lain, yakni pasarnya harus jelas. Kalau Anda menjangkau pasar yang sangat luas, terlalu berat karena kemajemukannya. Bila Anda bisa menemukan pasar yang segmented, yang memiliki kekhususan, maka bisa dilakukan untuk melakukan serangan yang tepat sasaran.
















KESIMPULAN
Kasus Vicky merupakan bagian terkecil dari perilaku masyarakat dan pejabat publik atau pihak yang tengah bersaing, yang terlalu mudah memberikan statement atau mungkin bagian dari upaya meningkatkan populartitas dan terlihat berkelas, padahal dari sisi komunikasi sosial adalah yang diharapkan adalah Rightness (kebenaran); menyampaikan informasi kebenaran tidak berbelit bukan kebohongan, Clearness (kejelasan); informasi yang disampaikan atau diberikan jelas mudah ditangkap oleh masyarakat dari kalangan manapun dari masyarakat kelas tinggi hingga rendah sekalipun, Support (dukungan) informasi yang diberikan memberikan dukugan positif untuk erjadinya perubahan dan didukung oleh fakta serta data yang benar serta valid, terakhir human relations; penyampaian informasi bersifat menyentuh dan ada hubungan kemanusiaan,  ini untuk menggugah rasa empati dan mendorong orang untuk ikut terlibat membantu dalam kebaikan.

Konsep diatas diakui masih terlalu sederhana dan mungkin sulit dijalankan tetapi setidaknya setiap orang harus paham bahwa komunikasi berupa kata, tanda signal, yang disampaikan ke publik memiliki kekuatan (the power of communication) yang akan mempengaruhi penilaian publik terhadap apa yang disampaikan. Harus diakui di Indonesia sudah terlalu banyak “Vicky –Vicky” yang tampil dengan jumawa nya dimedia mempertontonkan kelemahan dan ketidaksinkronan terhadap kerja dan hasil yang dicapai. Sebagai warga bangsa yang mencintai Indonesia dengan sepenuh hati, negeri ini masih mendambakan dan mengharapkan sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan kemajuan dimasyarakat dan itu dimulai dari informasi (pesan) yang disampaikan sesuai dengan kondisi sebenarya, sesuai dengan kenyataan dimasyarakat dan sesuai pula dengan internal pribadi. Pribadi yang berani mengatakan kebenaran dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Agar kita tidak dalam keadaan labil ekonomi dan mempertakut kondisinya.
Pelajaran ini, bukan konspirasi kemakmuran tapi bisa membantu labil ekonomi Anda menjadi stabil! Anda tertarik? Semoga ini tak membuat statusisasi Anda makin mempertakut tapi makin berani berusaha karena kejelian menangkap pasar segmented (niche market).
Wassalam.