Sendainya saya mahasiswa di negeri asing
Makan bukanlah hanya
untuk mempertahankan suatu kehidupan, tapi makan juga dapat mengembangkan pola
pikir kita dalam suatu mencapai tujuan yang telah kita cita-cita kan sejak kita
sudah beranjak dewasa.
Saya adalah warga
negara Indonesia yang di lahirkan dari keturunan orang-orang yang kurang mampu,
tapi penuh semangat dan tekad untuk merubah cara hidup yang penuh dengan
kekurangannya. Karena dari segi kehidupan seseorang bukanlah suatu halangan
untuk mencapai apa yang telah di cita-citakan olehnya.
Tahun 2010 adalah tahun
keberuntungan bagi saya, karena pada tahun itu saya salah seorang putra Bangka
yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia di Universitas Nasional Yang
Ming di Cina dari jurusan pengembangan pembangunan desa.
Awal saya datang ke
negeri Cina bukanlah suatu hambatan bagi saya dalam berkomunikasi, karena di
Cina banyak juga penduduk keturunan Indonesia yang menetap di sana, sehingga
membuat saya seakan tinggal di negeri sendiri, yang mana dalam berkomunikasi
saya gunakan komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Karena saya
hidup masih bebauran dengan orang-orang Indonesia keturunan, sehingga
komunikasi saya antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan respon
verbal maupun non verbal berlangsung secara langsung.
Begitu pula cara saya
bersikap terhadap mereka, di mana dari sikap adat istiadat yang saya miliki di
pulau Bangka merupakan suatu cara penyampaian yang dapat membuat mereka merasa
kagum. Karena antara budaya n melayu dan budaya China selalu berbauran dan
saling hormat menghormati dalam pelaksanaan buadaya yang di jalankan oelh
masing-masing suku maupun agamanya.
Sehingga kerukunan
antar umat beragama di pulau Bangka khususnya dan kepulauan Bangka Belitung
pada umumnya dapat terjaga dengan harmonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar