Kamis, 09 Januari 2014

seandainya saya mahgasiswa di negeri asing



Sendainya saya mahasiswa di negeri asing

Makan bukanlah hanya untuk mempertahankan suatu kehidupan, tapi makan juga dapat mengembangkan pola pikir kita dalam suatu mencapai tujuan yang telah kita cita-cita kan sejak kita sudah beranjak dewasa.
Saya adalah warga negara Indonesia yang di lahirkan dari keturunan orang-orang yang kurang mampu, tapi penuh semangat dan tekad untuk merubah cara hidup yang penuh dengan kekurangannya. Karena dari segi kehidupan seseorang bukanlah suatu halangan untuk mencapai apa yang telah di cita-citakan olehnya.
Tahun 2010 adalah tahun keberuntungan bagi saya, karena pada tahun itu saya salah seorang putra Bangka yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia di Universitas Nasional Yang Ming di Cina dari jurusan pengembangan pembangunan desa.
Awal saya datang ke negeri Cina bukanlah suatu hambatan bagi saya dalam berkomunikasi, karena di Cina banyak juga penduduk keturunan Indonesia yang menetap di sana, sehingga membuat saya seakan tinggal di negeri sendiri, yang mana dalam berkomunikasi saya gunakan komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Karena saya hidup masih bebauran dengan orang-orang Indonesia keturunan, sehingga komunikasi saya antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan respon verbal maupun non verbal berlangsung secara langsung.
Begitu pula cara saya bersikap terhadap mereka, di mana dari sikap adat istiadat yang saya miliki di pulau Bangka merupakan suatu cara penyampaian yang dapat membuat mereka merasa kagum. Karena antara budaya n melayu dan budaya China selalu berbauran dan saling hormat menghormati dalam pelaksanaan buadaya yang di jalankan oelh masing-masing suku maupun agamanya.
Sehingga kerukunan antar umat beragama di pulau Bangka khususnya dan kepulauan Bangka Belitung pada umumnya dapat terjaga dengan harmonis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar